08.58

Pengertian Shalat

BAB I

PENGERTIAN SHALAT

I. Pengertian Shalat Wajib/Fardhu, Hukum, Rukun, Syarat Sah, Tujuan

Dan Kondisi Batal Sholat

A. Definisi & Pengertian Sholat Fardhu / Wajib Lima Waktu

Menurut bahasa shalat artinya adalah berdoa, sedangkan menurut istilah shalat adalah suatu perbuatan serta perkataan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam sesuai dengan persyaratkan yang ada.

Shalat merupakan salah satu kewajiban bagi kaum muslimin yang sudah mukallaf dan harus dikerjakan baik bagi mukimin maupun dalam perjalanan.
Shalat merupakan rukun Islam kedua setelah syahadat. Islam didirikan atas lima sendi (tiang) salah satunya adalah shalat, sehingga barang siapa mendirikan shalat ,maka ia mendirikan agama (Islam), dan barang siapa meninggalkan shalat,maka ia meruntuhkan agama (Islam).
Shalat harus didirikan dalam satu hari satu malam sebanyak lima kali, berjumlah 17 rakaat. Shalat tersebut merupakan wajib yang harus dilaksanakan tanpa kecuali bagi muslim mukallaf baik sedang sehat maupun sakit. Selain shalat wajib ada juga shalat – shalat sunah.

B. Hukum, Tujuan dan Syarat Solat Wajib Fardhu 'Ain

Hukum sholat fardhu lima kali sehari adalah wajib bagi semua orang yang telah dewasa atau akil baligh serta normal tidak gila. Tujuan shalat adalah untuk mencegah perbuatan keji dan munkar.

Untuk melakukan shalat ada syarat-syarat yang harus dipenuhi dulu, yaitu :
1. Beragama Islam
2. Memiliki akal yang waras alias tidak gila atau autis
3. Berusia cukup dewasa
4. Telah sampai dakwah islam kepadanya
5. Bersih dan suci dari najis, haid, nifas, dan lain sebagainya
6. Sadar atau tidak sedang tidur

Syarat sah pelaksanaan sholat adalah sebagai berikut ini :
1. Masuk waktu sholat
2. Menghadap ke kiblat
3. Suci dari najis baik hadas kecil maupun besar
4. Menutup aurat

C. Rukun Shalat

Dalam sholat ada rukun-rukun yang harus kita jalankan, yakni :
1. Niat
2. Posisis berdiri bagi yang mampu
3. Takbiratul ihram
4. Membaca surat al-fatihah
5. Ruku / rukuk yang tumakninah
6. I'tidal yang tuma'ninah
7. Sujud yang tumaninah
8. Duduk di antara dua sujud yang tuma'ninah
9. Sujud kedua yang tuma'ninah
10. Tasyahud
11. Membaca salawat Nabi Muhammad SAW
12. Salam ke kanan lalu ke kiri

D. Yang Membatalkan Aktivitas Sholat Kita

Dalam melaksanakan ibadah salat, sebaiknya kita memperhatikan hal-hal yang mampu membatalkan shalat kita, contohnya seperti :
1. Menjadi hadas / najis baik pada tubuh, pakaian maupun lokasi
2. Berkata-kata kotor
3. Melakukan banyak gerakan di luar sholat bukan darurat
4. Gerakan sholat tidak sesuai rukun shalat dan gerakan yang tidak tuma'ninah.

II. Sejarah Dan Dalil Tentang Kewajiban Shalat

a. Sejarah Tentang Diwajibkan Shalat
Perintah tentang diwajibkannya mendirikan shalat tidak seperti Allah mewajibkan zakat dan lainnya. Perintah mendirikan shalat yaitu melalui suatu proses yang luar biasa yang dilaksanakan oleh Rasulullah SAW yaitu melalui Isra dan Mi’raj, dimana proses ini tidak dapat dipahami hanya secara akal melainkan harus secara keimanan sehingga dalam sejarah digambarkan setelahnya Nabi melaksanakan Isra dan Mi’raj, umat Islam ketika itu terbagi tiga golongan yaitu, yang secara terang – terangan menolak kebenarannya itu, yang setengah – tengahnya dan yang yakin sekali kebenarannya.
Dilihat dari prosesnya yang luar biasa maka shalat merupakan kewajiban yang utama, yaitu mengerjakan shalat dapat menentukan amal – amal yang lainnya, dan mendirikan sholat berarti mendirikan agama dan banyak lagi yang lainnya
b. Dalil – Dalil Tentang Kewajiban Shalat
Al-Baqarah, 43
وَاَقِيْمُوْ الصَّلَىةَ وَآتُوْ الزَّكَوةَوَارْكَعُوْامَعَ الرَّاكِعِيْنَ
Artinya: Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan rukulah beserta orang – orang yang ruku
Al-Baqarah 110
وَاَقِيْمُوْ الصَّلَوْةَ وَآتُوْالزَّكَوةَ وَمَاتُقَدِّمُوْا لاَِنْفُسِكُمْ مِّنْ خَيْرٍ تَجِدُوْهُ عِنْدُاللهِط اِنَّ اللهَ بِمَا تَعْمَلُوْنَ بَصِيْرٌ
Artinya : Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat dan apa – apa yang kamu usahakan dari kebaikan bagi dirimu, tentu kamu akan dapat pahalanya pada sisi Allah sesungguhnya Allah maha melihat apa – apa yang kamu kerjakan
Al –Ankabut : 45
وَاَقِيْمِ الصَّلَوةَ اِنَّ الصَّلَوةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرَ
Artinya: Kerjakanlah shalat sesungguhnya shalat itu bisa mencegah perbuatankejidanmunkar.
An-Nuur: 56
وَاَقِيْمُوْ الصَّلاَةَ وَآتُوْ الزَّكَوةَ وَاَطِيْعُوْ االرَّسُوْلَ لَعَلَكُمْ تُرْحَمُوْنَ
Artinya : Dan kerjakanlah shalat, berikanlah zakat, dan taat kepada Rasul, agar supaya kalian semua diberi rahmat
Dari dalil – dalil Al-Qur'an di atas tidak ada kata – kata perintah shalat dengan perkataan “laksanakanlah” tetapi semuanya dengan perkataan “dirikanlah”.
Dari unsur kata – kata melaksanakan itu tidak mengandung unsur batiniah sehingga banyak mereka yang Islam dan melaksanakan shalat tetapi mereka masih berbuat keji dan munkar. Sementara kata mendirikan selain mengandung unsur lahir juga mengandung unsur batiniah sehingga apabila shalat telah mereka dirikan, maka mereka tidak akan berbuat jahat.

III. Batas Waktu Shalat Fardlu
1. Shalat Dzuhur
Waktunya: ketika matahari mulai condong ke arah Barat hingga bayangan

suatu benda menjadi sama panjangnya dengan benda tersebut kira – kira

pukul 12.00 – 15.00 siang
2. Shalat Ashar
Waktunya: sejak habisnya waktu dhuhur hingga terbenamnya matahari.

Kira – kira – kira pukul 15.00 –18.00 sore
3. Shalat Magrib
Waktunya: sejak terbenamnya matahari di ufuk barat hingga hilangnya

mega merah di langit. Kira – kira pukul 18.00 – 19.00 sore
4. Shalat Is’ya
Waktunya: sejak hilangnya mega merah di langit hingga terbit fajar. Kira –

kira pukul 19.00 – 04.30 malam
5. Shlat Shubuh
Waktunya : sejak terbitnya fajar (shodiq) hingga terbit matahari. Kira – kira

pukul 04.00 – 5.30 pagi

IV. Beberapa Pelajaran Dan Kewajiban Shalat.

a. Shalat Merupakan Syarat Menjadi Takwa
Taqwa merupakan hal yang penting dalam Islam karena dapat menentukan amal / tingkah laku manusia, orang – orang yang betul – betul taqwa tidak mungkin melaksanakan perbuatan keji dan munkar, dan sebaliknya
Salah satu persyaratan orang – orang yang betul betul taqwa ialah diantaranya mendirikan shalat sebagimana firman Allah SWT dalam surat Al Baqarah
b. Shalat Merupakan Benteng Kemaksiatan
Shalat merupakan benteng kemaksiatan artinya bahwa shalat dapat mencegah perbuatan keji dan munkar. Semakin baik mutu shalat seseorang maka semakin efektiflah benteng kemampuan untuk memelihara dirinya dari perbuatan makasiat
Shalat dapat mencegah perbuatan keji dan munkar apabila dilaksanakan dengan khusu tidak akan ditemukan mereka yang melakukan shalat dengan khusuk berbuat zina. Maksiat, merampok dan sebagainya. Merampok dan sebagainya tetapi sebaliknya kalau ada yang melakukan shalat tetapi tetap berbuat maksiat, tentu kekhusuan shalatnya perlu dipertanyakan. Hal ini diterangkan dalam Al-Qur'an surat Al-Ankabut: 45
c. Shalat Mendidik Perbuatan Baik Dan Jujur
Dengan mendirikan shalat, maka banyak hal yang didapat, shalat akan mendidik perbuatan baik apabila dilaksanakan dengan khusus. Banyak yang celaka bagi orang – orang yang shalat yaitu mereka yang lalai shalat
selain mendidik perbuatan baik juga dapat mendidik perbuatan jujur dan tertib. Mereka yang mendirikan tidak mungkin meninggalkan syarat dan rukunnya, karena apabila salah satu syarat dan rukunnya tidak dipenuhi maka shlatnya tidak sah (batal)
d. Shalat Akan membangun etos kerja
Sebagaimana keterangan – keterangan di atas bahwa pada intinya shalat merupakan penentu apakah orang – orang itu baik atau buruk, baik dalam perbuatan sehari – hari maupun ditempat mereka bekerja
Apabila mendirikan shalat dengan khusu maka hal ini akan mempengaruhi terhadap etos kerja mereka tidak akan melakukan korupsi atau tidak jujur dalam melaksanakan tugas.Pengertian Shalat Jum'at, Hukum, Syarat, Ketentuan, Hikmah Dan Sunah Solat Jumat.


V. Shalat Jum'at

a. Arti Definisi / Pergertian Shalat Jumat

Sholat Jum'at adalah ibadah salat yang dikerjakan di hari jum'at dua rakaat secara berjamaah dan dilaksanakan setelah khutbah.

b. Hukum Sholat Jum'at

Shalat Jum'at memiliki hukum wajib 'ain bagi laki-laki / pria dewasa beragama islam, merdeka dan menetap di dalam negeri atau tempat tertentu. Jadi bagi para wanita / perempuan, anak-anak, orang sakit dan budak, solat jumat tidaklah wajib hukumnya.

Dalil Al-qur'an Surah Al Jum'ah ayat 9 :

" Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat pada hari jum'at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui."

c. Syarat Sah Melaksanakan Solat Jumat

1. Shalat jumat diadakan di tempat yang memang diperuntukkan untuk sholat jumat. Tidak perlu mengadakan pelaksanaan shalat jum'at di tempat sementara seperti tanah kosong, ladang, kebun, dll.
2. Minimal jumlah jamaah peserta salat jum'at adalah 40 orang.
3. Shalat Jum'at dilaksanakan pada waktu shalat dhuhur / zuhur dan setelah dua khutbah dari khatib.

d. Ketentuan Shalat Jumat

Shalat jumat memiliki isi kegiatan sebagai berikut :
1. Mengucapkan hamdalah.
2. Mengucapkan shalawat Rasulullah SAW.
3. Mengucapkan dua kalimat syahadat.
4. Memberikan nasihat kepada para jamaah.
5. Membaca ayat-ayat suci Al-quran.
6. Membaca doa.

e. Hikmah Solat Jum'at

1. Simbol persatuan sesama Umat Islam dengan berkumpul bersama, beribadah bersama dengan barisan shaf yang rapat dan rapi.
2. Untuk menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan antar sesama manusia. Semua sama antara yang miskin, kaya, tua, muda, pintar, bodoh, dan lain sebagainya.
3. Menurut hadis, doa yang kita panjatkan kepada Allah SWT akan dikabulkan.
4. Sebagai syiar Islam.

f. Sunat-Sunat Shalat Jumat

1. Mandi sebelum datang ke tempat pelaksanaan sholat jum at

2. Memakai pakaian yang baik (diutamakan putih) dan berhias dengan rapi seperti bersisir, mencukur kumis dan memotong kuku.

3. Memakai pengaharum / pewangi (non alkohol).

4. Menyegerakan datang ke tempat salat jumat.

5. Memperbanyak doa dan salawat nabi.

6. Membaca Alquran dan zikir sebelum khutbah jumat dimulai.

VI. Shalat berjama'ah

Shalat Berjama'ah merujuk pada aktivitas shalat yang dilakukan secara bersama-sama. Shalat ini dilakukan oleh minimal dua orang dengan salah seorang menjadi imam (pemimpin) dan yang lainnya menjadi makmum.

Landasan Hukum

Berikut adalah landasan hukum yang terdapat dalam Al Qur'an maupun Hadits mengenai shalat berjama'ah:

a. Dalam Al Qur'an Allah SWT berfirman: "Dan apabila kamu berada bersama mereka lalu kamu hendak mendirikan shalat bersama-sama mereka, maka hendaklah segolongan dari mereka berdiri (shalat) bersamamu dan menyandang senjata,..." (QS. 4:102).

b. Rasulullah SAW bersabda: "Demi Dzat yang jiwaku berada di tanganNya,

sungguh aku bermaksud hendak menyuruh orang-orang mengumpulkan

kayu bakar, kemudian menyuruh seseorang menyerukan adzan, lalu

menyuruh seseorang pula untuk menjadi imam bagi orang banyak. Maka

saya akan mendatangi orang-orang yang tidak ikut berjama'ah, lantas aku

bakar rumah-rumah mereka." (HR. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah

RA).

c. Dari Ibnu Abbas RA berkata: "Saya menginap di rumah bibiku Maimunah (isteri Rasulullah SAW). Nabi SAW bangun untuk shalat malam maka aku bangun untuk shalat bersama beliau. Aku berdiri di sisi kirinya dan dipeganglah kepalaku dan digeser posisiku ke sebelah kanan beliau." (HR. Jama'ah, hadits shahih).

Keutamaan

Shalat berjama'ah

Adapun keutamaan shalat berjama'ah dapat diuraikan sebagai berikut:

  1. Berjama'ah lebih utama dari pada shalat sendirian. Rasulullah SAW bersabda: "Shalat berjama'ah itu lebih utama dari pada shalat sendirian sebanyak dua puluh tujuh derajat." (HR. Bukhari dan Muslim dari Ibnu Umar RA)
  2. Dari setiap langkahnya diangkat kedudukannya satu derajat dan dihapuskan baginya satu dosa serta senantiasa dido'akan oleh para malaikat. Rasulullah SAW bersabda: "Shalat seseorang dengan berjama'ah itu melebihi shalatnya di rumah atau di pasar sebanyak dua puluh lima kali lipat. Yang demikian itu karena bila seseorang berwudhu' dan menyempurnakan wudhu'nya kemudian pergi ke masjid dengan tujuan semata-mata untuk shalat, maka setiap kali ia melangkahkan kaki diangkatlah kedudukannya satu derajat dan dihapuslah satu dosa. Dan apabila dia mengerjakan shalat, maka para Malaikat selalu memohonkan untuknya rahmat selama ia masih berada ditempat shalat selagi belum berhadats, mereka memohon: "Ya Allah limpahkanlah keselamatan atasnya, ya Allah limpahkanlah rahmat untuknya.' Dan dia telah dianggap sedang mengerjakan shalat semenjak menantikan tiba waktu shalat." (HR. Bukhari dan Muslim dari Abu Huraira RA, dari terjemahan lafadz Bukhari).
  3. Terbebas dari pengaruh/penguasaan setan. Rasulullah SAW bersabda: "Tiada tiga orangpun di dalam sebuah desa atau lembah yang tidak diadakan di sana shalat berjama'ah, melainkan nyatalah bahwa mereka telah dipengaruhi oleh setan. Karena itu hendaklah kamu sekalian membiasakan shalat berjama'ah sebab serigala itu hanya menerkam kambing yang terpencil dari kawanannya." (HR. Abu Daud dengan isnad hasan dari Abu Darda' RA).
  4. Memancarkan cahaya yang sempurna di hari kiamat. Rasulullah SAW bersabda: "Berikanlah khabar gembira orang-orang yang rajin berjalan ke masjid dengan cahaya yang sempurna di hari kiamat." (HR. Abu Daud, Turmudzi dan Hakim).
  5. Mendapatkan balasan yang berlipat ganda. Rasulullah SAW bersabda: "Barangsiapa yang shalat Isya dengan berjama'ah maka seakan-akan ia mengerjakan shalat setengah malam, dan barangsiapa yang mengerjakan shalat shubuh berjama'ah maka seolah-olah ia mengerjakan shalat semalam penuh. (HR. Muslim dan Turmudzi dari Utsman RA).
  6. Sarana penyatuan hati dan fisik, saling mengenal dan saling mendukung satu sama lain. Rasulullah SAW terbiasa menghadap ke ma'mum begitu selesai shalat dan menanyakan mereka-mereka yang tidak hadir dalam shalat berjama'ah, para sahabat juga terbiasa untuk sekedar berbicara setelah selesai shalat sebelum pulang kerumah. Dari Jabir bin Sumrah RA berkata: "Rasulullah SAW baru berdiri meninggalkan tempat shalatnya diwaktu shubuh ketika matahari telah terbit. Apabila matahari sudah terbit, barulah beliau berdiri untuk pulang. Sementara itu di dalam masjid orang-orang membincangkan peristiwa-peristiwa yang mereka kerjakan di masa jahiliyah. Kadang-kadang mereka tertawa bersama dan Nabi SAW pun ikut tersenyum." (HR. Muslim).
  7. Membiasakan kehidupan yang teratur dan disiplin. Pembiasaan ini dilatih dengan mematuhi tata tertib hubungan antara imam dan ma'mum, misalnya tidak boleh menyamai apalagi mendahului gerakan imam menjaga kesempurnaan shaf-shaf shalat. Rasulullah SAW bersabda: "Imam itu diadakan agar diikuti, maka jangan sekali-kali kamu menyalahinya! Jika ia takbir maka takbirlah kalian, jika ia ruku' maka ruku'lah kalian, jika ia mengucapkan 'sami'alLaahu liman hamidah' katakanlah 'Allahumma rabbana lakal Hamdu', Jika ia sujud maka sujud pulalah kalian. Bahkan apabila ia shalat sambil duduk, shalatlah kalian sambil duduk pula!" (HR. Bukhori dan Muslim, shahih).

Dari Barra' bin Azib berkata: "Kami shalat bersama Nabi SAW. Maka diwaktu beliau membaca 'sami'alLaahu liman hamidah' tidak seorang pun dari kami yang berani membungkukkan punggungnya sebelum Nabi SAW meletakkan dahinya ke lantai. (Jama'ah)

  • Merupakan pantulan kebaikan dan ketaqwaan. Allah SWT berfiman: "Hanyalah yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir, serta tetap mendirikan shalat." (QS. 9:18).

Kriteria Imam

Kriteria pemilihan Imam shalat tergambar dalam hadits Nabi Muhammad SAW. yang diriwayatkan oleh Abu Mas'ud Al-Badri:

"Yang boleh mengimami kaum itu adalah orang yang paling pandai di antara mereka dalam memahami kitab Allah (Al Qur'an) dan yang paling banyak bacaannya di antara mereka. Jika pemahaman mereka terhadap Al-Qur'an sama, maka yang paling dahulu di antara mereka hijrahnya ( yang paling dahulu taatnya kepada agama). Jika hijrah (ketaatan) mereka sama, maka yang paling tua umurnya di antara mereka".

Kehadiran Jama'ah Wanita di dalam Masjid

Wanita diperbolehkan hadir berjama'ah di masjid dengan syarat harus menjauhi segala sesuatu yang menyebabkan timbulnya syahwat ataupun fitnah. Baik karena perhiasan atau harum-haruman yang dipakainya.

  • Rasulullah SAW bersabda: "Janganlah kamu larang wanita-wanita itu pergi ke masjid-masjid Allah, tetapi hendaklah mereka itu keluar tanpa memakai harum-haruman." (HR. Ahmad dan Abu Daud dari Abu Huraira RA).
  • "Siapa-siapa diantara wanita yang memakai harum-haruman, janganlah ia turut shalat Isya bersama kami." (HR. Muslim, Abu Daud dan Nasa'i dari Abu Huraira RA, isnad hasan).
  • Bagi kaum wanita yang lebih utama adalah shalat di rumah, berdasarkan hadits dari Ummu Humaid As-Saayidiyyah RA bahwa Ia datang kepada Rasulullah SAW dan mengatakan: "Ya Rasulullah, saya senang sekali shalat dibelakang anda." Beliaupun menanggapi: "Saya tahu akan hal itu, tetapi shalatmu di rumahmu adalah lebih baik dari shalatmu di masjid kaummu, dan shalatmu di masjid kaummu lebih baik dari shalatmu di masjid Umum." (HR. Ahmad dan Thabrani).
  • Rasulullah SAW bersabda: "Janganlah kalian melarang para wanita untuk pergi ke masjid, tetapi (shalat) di rumah adalah lebih baik untuk mereka." (HR. Ahmad dan Abu Daud dari Ibnu Umar RA).

BAB II

DASAR – DASAR SHALAT & KAIFIYAH SHALAT

I. Dasar – dasar Sholat

Perintah Shalat Wajib Lima Waktu

Berikut beberapa hadist yang menceritakan Rasulullah Muhammad saw. menerima perintah sholat lima waktu langsung dari Allah melalui peristiwa Isra’ Mi’raj:
Hadist Shahih Bukhari No. 211 Jilid I
Berita dari Anas bin Malik r.a mengatakan, “Abu Dzar pernah bercerita, bahwa Rasulullah s.a.w bersabda: Pada suatu waktu ketika aku berada di Mekah, tiba-tiba atap rumahku dibuka orang. Maka turunlah Jibril, lalu dibedahnya dadaku, kemudian dibersihkannya dengan air zamzam. Sesudah itu dibawanya sebuah bejana emas penuh hikmat dan iman, lalu dituangkan kedadaku, dan sesudah itu dadaku dipertautkan kembali. Lalu Jibril a.s membawaku naik ke langit. Ketika Jibril a.s meminta agar dibukakan pintu, kedengaran suara bertanya: Siapakah engkau? Dijawabnya: Jibril. Jibril a.s ditanya lagi: Siapakah bersamamu? Jibril a.s menjawab: Muhammad. Jibril a.s ditanya lagi: Adakah dia telah diutuskan? Jibril a.s menjawab: Ya, dia telah diutuskan. Lalu dibukakan pintu kepada kami. Ketika aku bertemu dengan Nabi Adam a.s, beliau menyambutku serta mendoakan aku dengan kebaikan. Seterusnya aku dibawa naik ke langit kedua. Jibril a.s meminta supaya dibukakan pintu. Kedengaran suara bertanya lagi: Siapakah engkau? Dijawabnya: Jibril. Jibril a.s ditanya lagi: Siapakah bersamamu? Jibril a.s menjawab: Muhammad. Jibril a.s ditanya lagi: Adakah dia telah diutuskan? Jibril a.s menjawab: Ya, dia telah diutuskan. Pintu pun dibukakan kepada kami. Ketika aku bertemu dengan Isa bin Mariam dan Yahya bin Zakaria, mereka berdua menyambutku dan mendoakan aku dengan kebaikan. Aku dibawa lagi naik langit ketiga. Jibril a.s meminta supaya dibukakan pintu. Kedengaran suara bertanya lagi: Siapakah engkau? Dijawabnya: Jibril. Jibril a.s ditanya lagi: Siapakah bersamamu? Jibril a.s menjawab: Muhammad. Jibril a.s ditanya lagi: Adakah dia telah diutuskan? Jibril a.s menjawab: Ya, dia telah diutuskan. Pintu pun dibukakan kepada kami. Ketika aku bertemu dengan Nabi Yusuf a.s ternyata dia telah dikurniakan sebahagian dari keindahan. Dia terus menyambut aku dan mendoakan aku dengan kebaikan. Aku dibawa lagi naik ke langit keempat. Jibril a.s meminta supaya dibukakan pintu. Kedengaran suara bertanya lagi: Siapakah engkau? Dijawabnya: Jibril. Jibril a.s ditanya lagi: Siapakah bersamamu? Jibril a.s menjawab: Muhammad. Jibril a.s ditanya lagi: Adakah dia telah diutuskan? Jibril a.s menjawab: Ya, dia telah diutuskan. Pintu pun dibukakan kepada kami. Ketika aku bertemu dengan Nabi Idris a.s dia terus menyambutku dan mendoakan aku dengan kebaikan. Aku dibawa lagi naik ke langit kelima. Jibril a.s meminta supaya dibukakan pintu. Kedengaran suara bertanya lagi: Siapakah engkau? Dijawabnya: Jibril. Jibril a.s ditanya lagi: Siapakah bersamamu? Jibril a.s menjawab: Muhammad. Jibril a.s ditanya lagi: Adakah dia telah diutuskan? Jibril a.s menjawab: Ya, dia telah diutuskan. Pintu pun dibukakan kepada kami. Ketika aku bertemu dengan Nabi Harun a.s dia terus menyambutku dan mendoakan aku dengan kebaikan. Aku dibawa lagi naik ke langit keenam. Jibril a.s meminta supaya dibukakan pintu. Kedengaran suara bertanya lagi: Siapakah engkau? Dijawabnya: Jibril. Jibril a.s ditanya lagi: Siapakah bersamamu? Jibril a.s menjawab: Muhammad. Jibril a.s ditanya lagi: Adakah dia telah diutuskan? Jibril a.s menjawab: Ya, dia telah diutuskan. Pintu pun dibukakan kepada kami. Ketika aku bertemu dengan Nabi Musa a.s dia terus menyambutku dan mendoakan aku dengan kebaikan. Aku dibawa lagi naik ke langit ketujuh. Jibril a.s meminta supaya dibukakan. Kedengaran suara bertanya lagi: Siapakah engkau? Dijawabnya: Jibril. Jibril a.s ditanya lagi: Siapakah bersamamu? Jibril a.s menjawab: Muhammad. Jibril a.s ditanya lagi: Adakah dia telah diutuskan? Jibril a.s menjawab: Ya, dia telah diutuskan. Pintu pun dibukakan kepada kami. Ketika aku bertemu dengan Nabi Ibrahim a.s dia sedang berada dalam keadaan menyandar di Baitul Makmur. Keluasannya setiap hari memuatkan tujuh puluh ribu malaikat. Setelah keluar mereka tidak kembali lagi kepadanya. Kemudian aku dibawa ke Sidratul Muntaha. Daun-daunnya besar umpama telinga gajah manakala buahnya pula sebesar tempayan. Baginda bersabda: Ketika baginda merayau-rayau meninjau kejadian Allah s.w.t, baginda dapati kesemuanya aneh-aneh. Tidak seorang pun dari makhluk Allah yang mampu menggambarkan keindahannya. Lalu Allah s.w.t memberikan wahyu kepada baginda dengan mewajibkan sembahyang lima puluh waktu sehari semalam. Tatakala baginda turun dan bertemu Nabi Musa a.s, dia bertanya: Apakah yang telah difardukan oleh Tuhanmu kepada umatmu? Baginda bersabda: Sembahyang lima puluh waktu. Nabi Musa a.s berkata: Kembalilah kepada Tuhanmu, mintalah keringanan kerana umatmu tidak akan mampu melaksanakannya. Aku pernah mencuba Bani Israel dan memberitahu mereka. Baginda bersabda: Baginda kemudiannya kembali kepada Tuhan dan berkata: Wahai Tuhanku, berilah keringanan kepada umatku. Lalu Allah s.w.t mengurangkan lima waktu sembahyang dari baginda. Baginda kembali kepada Nabi Musa a.s dan berkata: Allah telah mengurangkan lima waktu sembahyang dariku. Nabi Musa a.s berkata: Umatmu masih tidak mampu melaksanakannya. Kembalilah kepada Tuhanmu, mintalah keringanan lagi. Baginda bersabda: Baginda tak henti-henti berulang-alik antara Tuhan dan Nabi Musa a.s, sehinggalah Allah s.w.t berfirman Yang bermaksud: Wahai Muhammad! Sesungguhnya aku fardukan hanyalah lima waktu sehari semalam. Setiap sembahyang fardu diganjarkan dengan sepuluh ganjaran. Oleh yang demikian, bererti lima waktu sembahyang fardu sama dengan lima puluh sembahyang fardu. Begitu juga sesiapa yang berniat, untuk melakukan kebaikan tetapi tidak melakukanya, nescaya akan dicatat baginya satu kebaikan. Jika dia melaksanakannya, maka dicatat sepuluh kebaikan baginya. Sebaliknya sesiapa yang berniat ingin melakukan kejahatan, tetapi tidak melakukannya, nescaya tidak sesuatu pun dicatat baginya. Seandainya dia melakukannya, maka dicatat sebagai satu kejahatan baginya. Baginda turun hingga sampai kepada Nabi Musa a.s, lalu aku memberitahu kepadanya. Dia masih lagi berkata: Kembalilah kepada Tuhanmu, mintalah keringanan. Baginda menyahut: Aku terlalu banyak berulang alik kepada Tuhan, sehingga menyebabkan aku malu kepada-Nya. Kemudian Jibril membawaku hingga ke Sidratul Muntaha. Tempat mana ditutup dengan aneka warna yang aku tak tau warna-warna apa namanya. Sesudah itu aku dibawa masuk ke dalam surga, dimana didalamnya terdapat mutiara bersusun-susun sedang buminya bagaikan kasturi.
Ayat-ayat yang menjelaskan waktu sholat dalam Al Qur’an
Penjelasan mengenai perintah Sholat yang diwahyukan Allah kepada Nabi Muhammad saw: Rasulullah menerima wahyu hanya di dua tempat yaitu di Mekah dan Madinah, makanya dikenal dengan Ayat-ayat Makiyah dan Madaniyah, dalam Al Qur’an tidak ditemukan Allah membuat keputusan yang berubah-ubah, hanya ada beberapa ayat yang turunnya bertahap untuk menetapkan hukum atau aturan hidup.
Firman Allah dalam QS Qaaf 50: 29
Artinya: Keputusan di sisi-Ku tidak dapat diubah dan aku sekali-kali tidak Menganiaya hamba-hamba-Ku
Bagi Allah dalam QS Al Israa’ 17: 77 dijelaskan tidak adanya perubahan dalam suatu ketetapan yang diwahyukan kepada Rasulullah,
Artinya: (kami menetapkan yang demikian) sebagai suatu ketetapan terhadap Rasul-rasul Kami yang Kami utus sebelum kamu dan tidak akan kamu dapati perubahan bagi ketetapan Kami itu.
Sholat sebagai pondasi dasar agama Islam, berdasarkan ayat ayat berikut salah satu perintah Sholat 5 (lima) waktu terdapat dalam Surat Al Israa’ 17:78
Artinya: Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula shalat) subuh[ ]. Sesungguhnya shalat subuh itu disaksikan (oleh malaikat).
Dalam QS Maryam (19:30-31) diterangkan Nabi Isa pun telah melakukan sholat,
Artinya :
30. Berkata Isa: "Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang Nabi,
31. Dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup;
Dalam Al Qur’an ketetapan sholat termasuk salah satu perintah Allah kepada Rasul yang paling awal. Sejak hari-hari pertama kerasulan, sejarah mencatat adanya sholat Rasul bersama Khadijah, ‘Ali dan kemudian dengan pengikut yang lain. Al Qur’an mencantumkan betapa kaum musyrik mengganggu pelaksanaan ibadah sholat ini. Ketentuan mengenai jumlah berapa kali shalat, difirmankan dalam Surat 11: 114
Sholat yang dilakukan setiap pagi dan petang merupakan perpaduan bertasbih dan memuji Allah, demikian firman Allah dalam Surat Al Mu’min 40:55
Artinya: Maka bersabarlah kamu, karena Sesungguhnya janji Allah itu benar, dan mohonlah ampunan untuk dosamu dan bertasbihlah seraya memuji Tuhanmu pada waktu petang dan pagi.
Ketetapan Allah mengenai perintah sholat malam dalam QS Al Muzzamil 73 : 2 tidak mengalami perubahan tetapi keringanan dari Allah mengenai kewajiban melaksanakannya
Artinya: Bangunlah (untuk sholat) di malam hari[ ], kecuali sedikit (daripadanya).
QS Al Muzzamil 73 : 20
Artinya: Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri (sembahyang) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari orang-orang yang bersama kamu. dan Allah menetapkan ukuran malam dan siang. Allah mengetahui bahwa kamu sekali-kali tidak dapat menentukan batas-batas waktu-waktu itu, Maka Dia memberi keringanan kepadamu, karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran. Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah; dan orang-orang yang lain lagi berperang di jalan Allah, Maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai Balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. dan mohonlah ampunan kepada Allah; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Kewajiban sholat 5 (lima) waktu dan Sholat Tahajjud sebagai ibadah tambahan terdapat dalam Surat Al Israa 17: 78-79 dan Huud 11:114
78. Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula shalat) subuh[ ]. Sesungguhnya shalat subuh itu disaksikan (oleh malaikat).
79. Dan pada sebahagian malam hari bersholat tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; Mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang Terpuji.
Dalam ayat di atas, ujung pertama adalah shalat Fajar atau Subuh, sedang ujung hari kedua adalah shalat Dzuhur dan Asar, berdasarkan ayat lain yang diwahyukan di Madinah, yaitu saat condongnya matahari, saat matahari melewati puncak zenit-nya (duluki syams), dan yang dimaksud dengan bagian-bagian awal dari malam (zulafun min al-layl) adalah dua waktu, yaitu shalat Maghrib dan Isya’.
Surat ini terdiri atas 111 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyyah. Al Israa' yang berarti memperjalankan di malam hari, berhubung peristiwa Israa' Nabi Muhammad s.a.w. di Masjidil Haram di Mekah ke Masjidil Aqsha di Baitul Maqdis dicantumkan pada ayat pertama dalam surat ini. Ketetapan shalat termasuk salah satu perintah Allah kepada Rasul yang paling awal. Sejak hari-hari pertama kerasulan, sejarah mencatat adanya shalat Rasul bersama Khadijah, “Ali dan kemudian dengan pengikut lain. Al Qur’an mencantumkan betapa kaum musyrik mengganggu pelaksanaan ibadah shalat tersebut.
Dalam ayat yang lain mengenai ketentuan jumlah berapa kali waktu sholat yang diperintahkan Allah, dalam Surat Huud 11:114,
Artinya. Dan dirikanlah sholat itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat.
Ayat ini adalah termasuk surah Makkah yang menentukan jumlah shalat ini. Terlepas dari perbedaan cara penafsiran tentang jumlah waktu shalat, kewajiban shalat telah ada dalam periode kerasulan di Mekah dan tidak perlu timbul dari tawar-menawar dengan Allah, sebagaimana selalu dikaitkan misi mi’raj, yang terdapat dalam hadist ahad atau hadist yang bersumber dari satu orang.


II. Kaifiyah Shalat

Bila kamu hendak menjalankan shalat, maka bacalah : "Allahu Akbar" (1) dengan ikhlas niyatmu karena Allah (2) seraya mengangkat kedua belah tanganmu sejurus bahumu, mensejajarkan ibu jarimu pada daun telingamu (3). Lalu letakkanlah tangan kananmu pada punggung telapak tangan kirimu diatas dadamu (4) lalu bacalah di'a iftitah : "Alla-humma ba-'id baini- wabaina khatha-ya-ya kama- ba-'adta bainal masyriqi wal maghtib. Alla-humma naqqini- minal khatha-ya-ya kama- yunaqqats tsaubul abyadlu minad danas. Alla-hummaghsil khatha-ya-ya bilma-i wats tsalji walbarad"(5) Atau "Wajjahtu wajhiya lilladzi fatharassamawa-ti wal ardla hani-fan musliman wa ma- ana minal musyriki-n. Inna shalati- wanusuki- wa mahya-ya wamama-ti- lilla-hi rabbil 'a-lami-n. La- syari-kalahu- wa bidza-lika umirtu wa ana- awwalul muslimi-n (wa ana- minal muslimi-n)". Alla-humma antal maliku la- ila-ha illa anta rabbi- wa ana- 'abduka dhalamtu nafsi- wa'taraftu bidzanbi- faghfirli- dzunu-bi- jami-'an la- yaghfiru dzdzunu-ba illa- anta wahdini- liahsanil akhla-qi la- yahdi liahsa-niha- illa- anta. Washrif 'anni- sayyiaha- la- yashrifu 'anni- sayyiaha- illa- anta. Labbaika wasa'daika wal khairu kulluhu- fi-yadaika, wasysyarru laisa ilaika. Ana- bika wa ilaika. Taba-rakta wa ta'a-laita astaghfiruka wa atu-bu ilaika.(6)

Lalu berdo'a mohon perlindungan dengan membaca : "A'u-dzu billa-himinasysyaitha-nirraji-m"(7) dan membaca : "Bismilla-hirrahma-nirrahi-m"(8) lalu bacalah surat Al-Fatihah (9) dan berdo'alah sesudah itu : "a-mi-n"(10). Kemudia bacalah salah satu surat daripada Al-Quran (11) dengan diperhatikan artinya dan dengan perlahan-lahan(12).

Kemudian angkatlah kedua belah tanganmu seperti dalam takbir permulaan (13) lalu ruku'lah (14) dengan bertakbir (15) seraya melempangkan (meratakan) punggungmu dengan lehermu, memegang kedua lututmu dengan kedua belah tanganmu (16), sementara itu berdo'a : "subha-nakalla-humma rabbana- wabihamdika Alla-hummaghfirli-"(17), atau berdo'alah dengan salahsatu do'a dari Nabi s.a.w.(18). Kemudian angkatlah kepala untuk i'tidal (19) dengan mengangkat kedua belah tanganmu seperti dalam takbiratul ikhram dan berdo'alah : " sami'alla-hu liman hamidah" dan bil asudah lurus berdiri berdo'lah : "Rabbana- walakalhamd" (20). Lau sujudlah (21) dengan bertakbir (22) serta letakkanlah kedua lututmu dan jari kakimu di atas tanah, lau kedua tanganmu, kemudian dahi dan hidungmu (23) dengan menghadapkan ujung jari kakimu ke arah qiblat serta merenggangkan tanganmu dari pada kedua lambungmu dengan mengangkat sikumu (24). Dalam bersujud itu hendaklah kamu berdo'a : "Subha-nakalla-humma rabbana- wabihamdikalla-hummaghfirli-"(25), atau berdo'alah dengan salah satu do'a daripada Nabi s.a.w. (26). Lalu angkatlah kepalamu dengan bertakbir dan duduklah tenang dengan berdo'a : "Alla-hummaghfirli- warhamni- wajburni- wahdini- warzuqni-" (27). Lalu sujudlah kedua kalinya dengan bertakbir dan membaca tasbih seperti dalam sujud yang pertama. Kemudian angkatlah kepalamu dengan bertakbir (28) dan duduklah sebentar, lalu berdirilah untuk rakaat yang kedua dengan menekankan (tangan) pada tanah (29). Dan kerjakanlah dalam rakaat yang kedua ini sebagai dalam rakaat yang pertama, hanya tidak membaca do'a iftitah (30). Setelah selesai dari sujud kedua kalinya, maka duduklah diatas kaki kirimu dan tumpukan kaki kananmu serta letakkanlah kedua tanganmu di atas kedua lututmu. Julurkanlah jari-jari tangan kirimu, sedang tangan kananmu menggenggamjari kelingking, jari manis dan jari tengah serta mengacungkan jari telunjukmu dan sentuhkan ibu jari pada jari tengah(31).Duduk ini bukan dalam raka'at akhir. Adapun duduk dalam raka'at akhir maka caranya memajukan kaki kiri sedang kaki kanan bertumpu dan dudukmu bertumpukan pantatmu (32)

Dan bacalah tasyahud begini : attahiya-tu lilla-h washshalawa-tu waththayyiba-t, assala-mu 'alaika ayyuhannabiyyu wa rahmatulla-hi wa baraka-tuh. Assala-mu alaina- wa ala- 'iba-dilla-hish sha-lihi-n. Asyhadu alla- ila-ha illalla-h. Waasyhadu anna muhammadan 'abduhu- warasu-luh (33).

Lalu bacalah shalawat pada Nabi s.a.w. : Alla-humma shalli 'ala- Miuhammad wa'ala- ali Muhammad, kama- shallaita'ala ibrahi-m wa a-li Ibrahi-m, wa ba-ik 'ala- Muhammad wa 'ala- a-li Muhammad. Kama barakta 'ala- Ibrahi-m wa a-li Ibrahim, innaka hami-dummaji-d (34).

Kemudian berdo'alah kepada Tuhanmu, sekehendak hatimu yang lebih pendek daripada do'a dalam tasyahud akhir (35)

Kemudian berdirilah untuk raka'at yang ketiga kalau shalatmu itu tiga atau empat raka'at, dengan bertakbir mengangkat tanganmu (36) dan kerjakanlah dalam dua rakaat yang akhir itu atau yang ketiga, seperti dalam dua raka'at yang pertama, hanya kamu cukup membaca Fatihah saja(37). Dan sesudah raka'at yang akhir, bacalah tasyahud serta shalawat kepada Nabi s.a.w., lalu hendaklah berdo'a mohon perlindungan dengan membaca :

"Alla-humma ini- a'u-dzubika min 'adza-bi jahannama wa min 'adza-bil qabri wamin fitnatil mahya-wal mama-ti wamin syarri fitnatil masi-hiddajja-l (38).

Kemudian bersalamlah dengan berpaling ke kanan dan kekiri, yang pertama sampai terlihat pipi kananmu dan yang kedeua sampai terlihat pipi kirimu oleh orang yang di belakangmu (39) sambil membaca : "assala-mu 'alaikum wa rahmatulla-hi wa baraka-tuh" (40).

Jika shalatmu dua raka'at, maka letak do'a isti'adzah (a'udzubilla-h setelah membaca shalawat kepada Nabi, sesudah raka'at yang kedua, lalu bersalamlah sebagai yang tersebut (41).

Perhatian : Tidak ada perbedaan antara pria dan wanita dalam cara

melakukan shalat sebagai yang tersebut di atas (44).

Dari Muhammad bin Amr bin Atho?, bahwasanya ia pernah duduk bersama beberapa para sahabat Nabi SAW membicarakan tentang shalat Nabi SAW, maka Abu Humaid As Saidi berkata : ?Aku adalah yang paling hafal diantara kalian tentang shalat Rasulullah, aku melihatnya apabila beliau takbir, beliau mengangkat kedua tangan hingga sejajar dengan kedua pundak beliau, dan apabila rukuk beliau meletakkan kedua tangan beliau di kedua lutut beliau kemudian membungkukkan punggungnya, dan apabila bangkit dari rukuk beliau berdiri hingga tiap-tiap tulang punggungnya kembali tegak seperti biasanya, dan apabila sujud beliau meletakkan kedua tangannya dengan lengannya tidak diletakkan dan tidak pula dirapatkan kepada kedua rusuknya dan ujung jari-jari kakinya menghadap ke kiblat, dan apabila beliau duduk pada rakaat kedua beliau duduk pada rakaat kedua, beliau duduk diatas kakinya yang kiri dan menegakkan tapak kakinya yang kanan, dan apabila beliau duduk pada rakaat yang terakhir, beliau mengulurkan tapak kakinya yang kiri dan menegakkan tapak kakinya yang kanan, lalu duduk diatas pinggulnya. (HR : Bukhori).
Tentang tata cara bertakbir dan mengangkat kedua tangan.
Dari Salim bin Abdullah ra. Dari bapaknya, ia berkata : ? Bahwasanya Rasulullah SAW mengangkat kedua tangannya sejajar dengan kedua pundaknya ketika beliau hendak memulai shalat, ketika takbir untuk rukuk dan ketika kembali bangkit dari rukuk, dan beliau membaca ?Sami?allohu liman hamidah, robbanaa wa lakal hamdu?, sedangkan beliau tidak mengangkat tangannya waktu sujud.(HR : Bukhori)?
Cara berniat untuk shalat dengan bacaan nawaitu sampai sekarang aku belum mengetahui dasarnya apakah Rasulullah juga melakukan hal itu atau hanya berniat didalam hati saja dan ataukah dengan mengangkat kedua tangan dan bertakbir itu sudah menandakan bahwa kita sudah berniat melakukan shalat. Apabila ada yang mengetahuinya mohon untuk diinformasikan untuk share lebih lanjut.

I. MEMBACA ALLAHU AKBAR DALAM SHALAT
Dari Abu Hurairah ra, bahawasanya ia shalat menjadi imam bersama mereka, maka ia membaca ?Allohu Akbar? setiap menunduk dan bangkit, dan seusai shalat, ia berkata ?Bahwasanya aku dan kalian ini sesuai dengan shalatnya Rasulullah SAW.? (HR : Bukhori)

II. SURAT ALFATIHAH WAJIB DIBACA DALAM SHALAT
Dari Ubadah bin Shomit ra, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda : ? Tidak disebut shalat, bagi orang yang shalat, tapi tidak membaca surat Al-Fatihah?. (HR : Bukhori)
Dari kedua hadist diatas aku belum jelas apakah yang Surat Al-Fatihah itu termasuk bacaan basmalah ataukah tidak. Kemudian apabila shalat lebih dari dua rakaat setelah bangkit dari duduk Tasyahud awal juga mengangkat kedua tangan lagi atau bahkan setiap kali setelah duduk mengangkat tangan kembali pada waktu takbir. Dan aku juga belum mengetahui dasar adanya doa iftitah yaitu bacaan sebelum membaca surat Al-Fatihah dengan bacaan
kabirou wal hamdulillah

III. ANJURAN TUMAKNINAH DALAM SHALAT
opini : Tumakninah dalam shalat adalah berhenti sejenak untuk menenangkan hati dalam rangka melakukan gerakan shalat lebih lanjut.

Dari Abu Hurairah ra, bahwasanya Nabi SAW masuk ke dalam masjid, lalu ada seorang laki-laki masuk untuk melakukan shalat, setelah itu ia datang kepada Nabi dengan mengucapkan salam, lalu Nabi menolak orang itu dan bersabda : “Ulangilah kembali shalatmu, karena sesungguhnya kamu belum shalat?, lalu ia shalat dan setelah itu datang kepada Nabi dengan mengucapkan salam, kemudian beliau bersabda lagi : “Ulangilah shalat”. Hingga tiga kali beliau menyuruh mengulangi. Lalu orang itu berkata : “Demi Dzat yang telah mengutus Engkau dengan benar, aku tidak tahu cara shalat yang lebih baik selain itu, maka berilah aku pelajaran”. Kemudian beliau bersabda : “Apabila kamu berdiri untuk shalat, maka bertakbirlah kemudian bacalah apa yang mudah menurutmu dari ayat-ayat Al-Qur’an, kemudian rukuklah hingga kamu tenang dalam rukuk itu, kemudian bangkitlah hingga berdiri tegak, kemudian duduklah hingga kamu tenang dalam duduk itu, kemudian sujudlah hingga kamu tenang dalam sujud itu. Kemudian kerjakanlah itu, dalam setiap shalatmu”. (HR : Bukhori)

IV. DOA DALAM RUKUK DAN SUJUD
Apabila dulu aku diajarkan Subhana robial Adhim untuk doa rukuk dan Subhana robial A’laa untuk sujud sebanyak 3 kali, sampai sekarang belum aku temukan dasar dari doa-doa tersebut, melainkan adalah sebagai berikut :
Dari Aisyah ra, berkata : Nabi SAW, biasa membaca didalam rukuk dan sujudnya ?Subhanakalloohumma robbanaa wa bihamdika allohummagh firlii?. (Maha Suci Engkau Ya Allah Tuhan kami dan dengan memuji Engkau Ya Allah, aku memohon ampun)?(HR : Bukhori).

V. DOA KETIKA BANGUN DARI RUKUK
Dari Abu Hurairah ra berkata : Bahwasanya Nabi SAW bersabda : “Apabila imam membaca “Sami’alloohu liman hamidahu” (Allah Maha mendengar bagi siapa yang memuji-Nya), maka bacalah : “Alloohumma Robbanaa lakal hamdu” (Ya Allah Tuhan kami hanya kepada Engkaulah segala puji), karena sesungguhnya barangsiapa yang bacaannya bersamaan dengan bacaan malaikat, maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang telah berlalu?.(HR : Bukhori)
Terdapat dua macam doa ketika bangun dari rukuk, yaitu :
Robbanaa wa Lakal Hamdu dan Alloohumma Robbanaa lakal hamdu.

VI. TATA CARA SUJUD DALAM SHALAT
Dari Ibnu Abbas ra, berkata : Nabi SAW bersabda : ?Aku diperintah sujud diatas tujuh tulang dan dahi, dan beliau memberi isyarat dengan kedua tangannya ke hidung beliau, kedua tangannya, kedua lututnya dan kedua ujung kakinya, dan kami tidak menggabung pakaian dan rambut?.(HR : Bukhori)
Tujuh tulang tersebut kemungkinan antara lain :
Sepasang tulang jari kaki, sepasang tulang jari dan telapak tangan, sepasang tulang tempurung lutut, dan tulang hidung, dan ditambah dengan dahi.

VII. DOA DALAM DUDUK TASYAHUD
Dari Abdullah ra berkata : “Ketika kami bersama-sama Nabi SAW dalam shalat, kami membaca : “As salaamu’alallohi min ‘ibadihis salaamu ‘alaa fulanin wa fulanin”, (salam atas Allah dari hamba-Nya : dan salam atas si fulan dan si fulan), maka Nabi bersabda : “Janganlah kamu membaca As salaamu ‘alallohi, karena sesungguhnya Allah adalah As salaam, dan tetapi bacalah : At tahiyyatu lillahi wash sholawaatu wath thoiyibaatu as salaamu ?alaikaatuhu as salaamu ‘alaina wa ‘alaa ‘ibadil laahish shoolihiin”. (Segala penghormatan, doa dan kebaikan adalah bagi Allah, keselamatan atas engkau hai Nabi yang disertai rahmat dan berkah Allah, keselamatan atas kita dan atas hamba-hamba Allah yang shaleh). Jika kalian membaca bacaan itu, maka bacaanmu untuk semua hamba Allah yang ada dilangit dan yang ada di antara langit dan bumi, lalu bacalah : Asyhadu an laa ilaaha illaallohu wa asyhadu anna muhammadan ‘abduhu wa rosuuluhu.

BAB III

HIKMAH SHALAT

1. Rasa syukur kepada Allah SWT

2. Sebagai Sarana Do’a

3. Pengobatan Rohaniyah

4. Membentuk Jiwa yang disiplin

5. Mencegah dari perbuatan keji dan munkar

6. Sebagai sarana Hablu Minannas

7. Shalat akan membangun etos kerja

Sholat disyari'atkan sebagai bentuk tanda syukur kepada Allah, untuk menghilangkan dosa-dosa, ungkapan kepatuhan dan merendahkan diri di hadapan Allah, menggunakan anggota badan untuk berbakti kepada-Nya yang dengannya bisa seseorang terbersih dari dosanya dan tersucikan dari kesalahan-kesalahannya dan terajarkan akan ketaatan dan ketundukan.

I. Meraih hikmah Shalat

Sesungguhnya menunaikan shalat bukan untuk kepentingan Allah SWT. Semua faedah shalat akan kembali kepada menusia sendiri. Allah memerintahkan shalat pada umat-Nya dengan maksud supaya umat manusia patuh kepada-Nya. Shalat mengarahkan umat islam untuk hidup teratur dimulai dengan takbir dan di akhiri dengan salam.

Tuntunan shalat khusuk dapat dilihat dalam shalat Rasulullah Saw itu senantiasa khusyu’ dalam shalatnya,terlebih saat shalat sendiri di tengah malam. Sampai sering kali kaki beliau bengkak-bengkak. Hal ini beliau lakukan semata-mata karena ingin mengungkapkan rasa syukur terhadap Allah SWT. Shalat dengan khusyu’sangat dirindui oleh semua orang yang ingin menunaikan shalat dengan baik dan benar.

Menunaikan shalat dengan kusyu’, bukanlah hal yang sulit dilakukan,meskipun memang tidak mudah. Yang terpenting ialah bagaimana berupaya seoptimal mungkin untuk memperbaiki kualitas shalat. Bilamana shalat seseorang telah benar, maka Allah menjaminnya dengan keselamatan baik di dunia maupun di akhirat.

Shalat yang dimulai dengan takbiratul ikhram dan di akhiri dengan salam mempunyai arti bahwa dengan shalat, seseorang akan selamat dari segala kemungkaran, karena shalat itu memiliki fungsi sebagai benteng pertahanan diri agar terhindar dari perbuatan keji. Begitulah janji Allah pada umat manusia. Sesungguhnya banyak sekali hikmah yang dapat diperoleh dari menunaikan Shalat. Oleh sebab itu, mulai sekarang ini perlulah seorang muslim untuk segera mengevaluasi kembali kualitas shalatnya.

Ketika shalat, seseorang akan melakukan hubungan dengan Allah SWT, lalu menghasilkan ketenangan jiwa. Seseorang yang menunaikan shalat secara khusyu’ akan terlihat pada sikapnya sehari-hari. Membekas dalam pribadi,kinerja,ataupun prestasinya.

Dengan demikian, shalat khusyu’tidak hanya nampak sewaktu menunaikan saja. Hikmah shalat paling besar justru akan terlihat sewaktu seseorang melakukan aktivitas keseharian. Interaksi sosial dengan orang lain, membuat orang lain aman dan nyaman menjadi bukti kekusyu’an shalatnya.

Berbahagialah bagi orang yang di bukakan tabir hatinya. Sehingga,ia dapat mengetahui hikmah di balik setiap peristiwa yang dialaminya. Seseorang tidak akan merasa kecewa akibat kejadian yang dialaminya. Seringkali orang menyikapi dengan perasaan kecewa atau sedih terhadap suatu peristiwa, namun setelah peristiwa itu terjadi ternyata membawa keberuntungan besar baginya. Begitu setelah menjalani suatu peristiwa, dibukakan hatinya oleh Allah SWT sehingga mengerti hikmah dibalik peristiwa tersebut. Bagi seseorang yang shalatnya senantiasa terjaga dengan baik maka berkahnya ialah kelapangan hati dan baik sangka terhadap peristiwa yang menimpanya (Basyir, 1982).

Bila kualitas shalat seseorang semakin baik maka semakin baik pula kemampuannya untuk membentengi diri dari perbuatan tercela. Tidak ada seorang ahli shalat kusyu’yang tejebak prilaku keji,pembunuh,pemerkosa,penipu,perampok,koruptor,dan sebagainya. Sekiranya mereka shalat, namun tetap berbuat mungkar ,maka tentu saja kekhusyu’an shalatnya dipertanyakan.

II. Tebarkan Hikmah Shalat

Tujuan shalat adalah ingat akan sifat Allah. Tujuan ini tercapai bila di luar shalat, kita pun ingat akan sifat-Nya itu, seolah-olah kita berada di dalam shalat. Di segala kegiatan, yang santai atau pun serius, kita dapat mengingat sifat-Nya.

Ingat akan sifat Allah itulah inti kecerdasan spiritual. Inilah yang terutama menjadikan shalat kita mencegah kita dari berbuat keji dan munkar. Saat bercakap-cakap dengan media telepon, misalnya, ingat akan sifat Allah akan mencegah kita dari melecehkan orang, berkata bohong, menyebarkan fitnah, dan sebagainya.

Bagian “Tebarkan Hikmah Shalat” inilah yang memperlihatkan bahwa kecerdasan kita yang meningkat seusai bershalat dapat kita manfaatkan untuk menebar keselamatan ke segala arah. Dengan menebar keselamatan, menjadi tegaklah jalan hidup kita. Dengan demikian, berfungsilah shalat sebagai penolong kita.

Menebar keselamatan tidak hanya bisa kita lakukan melalui doa dan amal, tetapi juga melalui penyebaran ilmu. Ingat, untuk menjadi guru teladan, kita tidak harus menjadi murid teladan lebih dulu. Dengan kata lain, untuk menjadi pelatih yang luar biasa, kita tidak harus menjadi pemain yang hebat lebih dulu.

Untuk contoh, mari kita tengok perjalanan karir Jose Mourinho. Dialah pelatih sepakbola termahal hingga saat ini (tahun 2007).

Selaku pemain sepakbola, kemampuan Mourinho biasa-biasa saja. Prestasinya kalah jauh dari Pele atau pun Maradona. Namun, sebagai pelatih sepakbola, kemampuannya luar biasa.

Selaku pelatih, Mourinho telah membawa klub Porto (klub “kelas menengah” di bawah Real Madrid, Manchester United, AC Milan, dan klub-klub “kelas atas” lainnya) menjuarai Champions League. Dia pun mengantarkan klub yang dilatihnya sekarang, Chelsea, merajai Liga Inggris, salah satu liga sepakbola terbaik sedunia. Prestasinya ini jauh lebih mengungguli karir kepelatihan Pele atau pun Maradona, dua pemain sepakbola terhebat hingga saat ini.

Secara demikian, Anda pun dapat menjadi pelatih shalat yang sangat andal, tak peduli apakah Anda sudah bershalat secara hebat ataukah belum.

Atas dasar pertimbangan itu, besarlah harapan saya bahwa Anda berkenan menjadi salah seorang pelatih Salat SMART. Bukankah Nabi saw. bersabda: “Siapa pun menunjukkan [jalan] menuju kebaikan, niscaya ia memperoleh [pahala] sebesar pahala orang yang mengerjakan [kebaikan] tersebut.” (HR Muslim).

KESIMPULAN

1. Shalat merupakan penyerahan diri secara talalitas untuk menghadap

Tuhan, dengan perkataan dan perbuatan menurut syarat dan rukun yang telah ditentukan syara

2. Shalat merupakan kewajiban bagi kaum muslimin yang mukallaf tanpa

kecuali
3. Hikmah mendirikan shalat yaitu:
a. Shalat mencegah perbuatan keji dan munkar
b. Shalat mendidik perbuatan baik dan jujur
c. Shalat akan membangun etos kerja

DAFTAR PUSTAKA

1. Al-Qur'an dan terjemahnya
2. Drs. Sidi Gazalba
Asas Agama Islam, Bulan Bintang, Jakarta, 1975
3. Hasbi Asy Syidiqi, Pedoman Shalat, Bulan Bintang, 1976
4. Imam Basori Assuyuti
Bimbingan Shalat Lengkap, Mitra Umat, 1998
5. Mimbar Ulama, Edisi September 2004




0 komentar: